Elsubha.com – Shalawat ini merupakan karya seorang Ulama Pembaharu Thariqah Syadziliyah, yaitu al-Imam Muhammad Bin Nashir ad-Dir’iy radhiyallahu anhu. Redaksi shalawat tersebut beliau catatkan dalam kitab Ghanimatul Abdil Munib Fit Tawassul Bis Sholat Alan Nabiyyil Habib halaman: 63.
Nama lengkap pengarang kitab Ghanimatul Abdil Munib Fit Tawassul Bis Sholat Alan Nabiyyil Habib adalah Syaikh Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Bin Ahmad Ibn Nashir ad- Dir’iy. Beliau dilahirkan pada tahun 1011 Hijriyah/ 1602 Masehi di kota Aghlan. Beliau wafat pada tahun 1085 Hijriyah/ 1676 Masehi.
Berikut adalah redaksi shalawat al-Imam Muhammad Bin Nashir ad-Dir’iy :
اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى آل سيدنا محمد صلاة تعيذنا بها من الجنون والجذام والبرص . وتجعلنا بها ممن رزق السلامة من كل ألم واغتنم من كل بر وافتراص
“Ya Allah berikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad beserta keluarga beliau sebenar-benar shalawat yang menyelamatkan kami dari penyakit gila, judzam (lepra) dan barosh (vitiligo) dan menjadikan kami termasuk orang yang mendapat keselamatan dari segala penyakit serta beruntung dan selalu sukses mendapat kesempatan dalam segala kebaikan.”
Keutamaan shalawat ini diyakini dapat melindungi dan menyembuhkan pembacanya dari penyakit stress, gila dan penyakit kulit seperti lepra dan barash.
Imam Syafi’i radhiyallahu anhu di dalam Kitab Al-Umm-nya menegaskan bahwa penyakit Judzam dan Barash adalah dua jenis penyakit yang dapat menular pada anak yang akan dilahirkan dan sedikit sekali anak yang selamat dengan tidak terinfeksi apabila orang tuanya mengidap penyakit tersebut bahkan jika anak yang dilahirkan tidak terinfeksi, maka keturunan berikutnya yang akan terinfeksi.
Imam Syafi’i juga mengutip pernyataan para ilmuwan dibidang kedokteran yang menyatakan bahwa kedua penyakit tersebut tidak hanya dapat menular pada anak melainkan juga dapat menular pada orang lain dan kadua penyakit tersebut adalah penyakit yang dapat mencegah terhadap hubungan intim karena keengganan pasangan untuk berhubungan intim dengan orang (suami atau istri) yang diketahui mengidap penyakit tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
فر من المجذوم كما تفر من الاسد
“Menghindarlah dari orang-orang yang terinfeksi penyakit Judzam (kusta) sebagaimana kalian berlari menghindari seekor singa.” (HR. Al-Bukhari).
Namun perintah untuk menghindar dari orang yang terinfeksi penyakit Judzam (kusta) tersebut hanya bersifat himbauan demi menyelamatkan keturunan dan bukan sebuah larangan untuk berinteraksi, bergaul dan bahkan menikah dengan orang yang mengidap penyakit tersebut karena berdasar konsensus Ulama’ (ijma’) didalam sahnya penikahan tidak disyaratkan harus tidak terinfeksi penyakit-penyakit tersebut namun Imam Abdurrahman Al-Juzairi dan Ulama’-Ulama’ Fiqh yang lain mengingatkan bahwa penyakit Judzam dan Barash dapat menyebabkan diperbolehkannya bagi pasangan suami istri untuk memilih (khiyar) antara melanjutkan pernikahan atau menyudahinya dengan mengajukan fasakh (bagi istri) atau dengan menjatuhkan talak (bagi suami) jika salah satu dari pasangan suami istri tersebut tidak bisa menerima (ridla) dengan kondisi pasangannya, baik keberadaan penyakit tersebut diketahui sebelum atau sesudah akad, baik telah terjadi hubungan intim atau tidak. Wallahu a’lam bis shawab.
Adapun Sanad yang muttashil kepada Imam Muhammad Bin Nashir ad-Dir’iy Radhiyallahu Anhu sebagai berikut;
الحاج رززقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن العلامة المحدث المعمر السيد عبد الرحمن بن محمد عبد الحي الكتاني عن والده الحافظ محمد عبد الحي بن عبد الكبير الكتاني عن الحبيب حسين بن محمد المكي عن والده عن عمر بن عبد الرسول المكي وعن ياسين المرغني كلاهما عن الشيخ احمد بن سيدي عمار الجزائري عن محمد المنور التلمساني عن ابي عبد الله محمد بن ابي زيان القندوسي عن مبارك ابن عزي عن صاحب كتاب غنيمة العبد المنيب الامام محمد بن ناصر الدرعي التمكروتي رضي الله عنه
Dikutip ulang dari kitab ittihaful amajid bi nafaisil fawaid karya Abu Mun’yah as-Sakunjiy at-Tijaniy jilid 2 halaman 76.
Dikutip dan dirangkum dari blog Yayasan Al-Mu’afah
Sumber tulisan:
https://yayasanalmuafah.blogspot.com
Khadimul majlis Al-Mu’afah
KH. Rizqi Dzulqornain Asmat al-Batawiy M.A